Rektor Universitas Esa Unggul Arief Kusuma Among Praja menyampaikan, semangat belajar Gray bisa menjadi inspirasi generasi muda untuk tak pernah lelah menuntut ilmu. Terlebih, berkuliah sembari beraktivitas sebagai profesional bukanlah perjuangan yang mudah.

“Harus siap tenaga dan mental. Tapi dengan kehadiran Gray Zain dan para profesional, kami sendiri pun sebagai dosen juga banyak belajar dari pengalaman dan perjuangan mereka,” ucap Arief.

Memiliki tiga orang anak yang menginjak masa remaja, membuat percakapan di meja makan keluarga Gray Zain, berkutat seputar perkuliahan. Tahun ini, giliran anak ketiganya yang duduk di kelas tiga SMA dan akan mengenyam bangku kuliah.

Percakapan yang berulang seputar perkuliahan membuat Gray Zain jatuh cinta pada kampus. Sebagai ayah, ia tak ingin sekadar memberi nasihat atau pepatah kosong. Inilah yang melatarbelakangi Gray Zain untuk menjadi mahasiswa baru di Universitas Esa Unggul Jakarta hingga akhirnya viral.

 

Mewujudkan Mimpi Lama untuk Kuliah

Nyaris 40 tahun berselang, Gray bersyukur sudah mendapatkan berkah yang luar biasa dalam hidup. Mulai pekerjaan yang mapan, adik yang sudah sukses dan berkeluarga, bahkan ketiga anaknya sendiripun sudah relatif sukses.

Akibat Aktivitas biro travel yang rehat sejenak akibat pandemi covid-19, Gray kemudian tergugah untuk menggapai mimpi lamanya, berkuliah.

“Bisnis saya cukup lancar, bahkan ketika covid-19 kami tetap bertahan walaupun pemasukan di bidang travel jelas menurun drastis. Karena anugerah yang luar biasa ini, saya kemudian teringat atas impian yang sudah lama saya idam-idamkan dalam hidup, yaitu berkuliah,” paparnya.

Ketua Penasihat Indonesia Tour Leaders Association (Asosiasi Biro Wisata Indonesia) memilih kampusnya yang sekarang, Universitas Esa Unggul, karena lokasi yang cukup dekat. Selain itu, ada kelas karyawan, dan pelaksanaannya cukup fleksibel secara online.

Dibukanya jurusan komunikasi pemasaran, membuat Gray mantap berkuliah karena sesuai dengan bidang pekerjaan. Ditambah, keponakan Gray juga sedang berkuliah di jurusan yang sama.

“Tidak ada keraguan sama sekali saat mendaftar. Justru saya berpikir, andai sejak awal covid-19 saya sudah kuliah, wah sudah semester empat ini,” ungkap Gray.

Gray mengakui tak mudah menyesuaikan diri untuk belajar kembali di usia kepala lima. Ia perlu mempelajari kembali sistem akademik dan sistem pembelajaran Sevima yang digunakan di kampus. Bahkan, Gray perlu belanja buku untuk mengejar pengetahuan terbaru.

“Jadi saya sampai belanja dulu buku-buku dasar komunikasi, dan belajar sistem pembelajaran online. Ternyata dengan fokus dan semangat, semuanya bisa saya kuasai dengan mudah. Target saya, bisa lulus sarjana di usia 61 dan Magister di usia 63,” lanjut Gray.