Sejumlah Tim Fisioterapis dan Classifier yang berkumpul dan berfoto bersama Imam Nahrawi

Esaunggul.ac.id, Fakultas Fisioterapi kembali berperan dalam menyukseskan Asian Para Games 2018 yang diselenggarakan di Indonesia mulai tanggal 8-16 Oktober. Salah satu keterlibatan Tim Fisioterapi di ajang ini ialah pada cabang Para Badminton, Dalam cabang tersebut perwakilan Universitas Esa Unggul yakni Jerry Maratis, S.Ft, M.Fis menjadi salah satu Classifier di Asian Para Games cabang Badminton.

Jerry Marantis mengatakan selain dirinya yang menjadi Classifier terdapat tiga orang lainnya yang merupakan dosen dari Esa Unggul yang juga ikut berpartisipasi dalam ajang Asian Para Games yakni Mutiah Munawarrah, Eko Wibowo dan Abdurrasyid. Para perwakilan dari Fisioterapi tersebut masing-masing menjadi Fisioterapi di sejumlah cabang Asian Para Games.

Dosen Fisioterapis Neuro ini pun menjelaskan awal keterlibatan dirinya bisa menjadi salah satu tim Classifier di Asian Para Games. Hal ini bermula saat Kementerian Pemuda dan Olahraga mengundang sejumlah perwakilan Fisioterapi di indonesia khususnya Jakarta. Universitas Esa Unggul pun berkesempatan menghadiri undangan Kemenpora dan terpilih menjadi salah satu lembaga yang terlibat dalam pembuatan Teknikal Meeting di Asian Para Games.

“Alhamdulliah, saya bersama teman-teman Fisoterapi terpilih dalam pembuatan Teknikal Meeting di Asian Para Games, kemudian kami diberi pelatihan untuk menjadi classifier nasional yang bersertifikat World Badminton Federation(WBF) sehingga secara otomatis terlibat dalam penyelenggaraan Asian Para Games. Saya sendiri bersama sejumlah Fisioterapis lainnya menjadi salah satu classifier nasional di cabang olahraga para badminton,. kabar baiknya Indonesia berhasil menyumbang emas di Tim Regu Putra Para badminton,” terang Jerry di Esa Unggul (18/10/2018).

Jerry Maranthis (Kedua dari kanan) Saat Berfoto dengan Fisioterapis dan Classifier di Asian Para Games

Tugas Classifier sendiri, Jerry menjelaskan yakni menentukan dan memeriksa atlet parabadminton masuk kelas klasifikasi. Karena dalam Para Badminton sendiri terdapat sejumlah klasifikasi peserta sehingga tugas Classifier sendiri sangat menentukan bentuk pertandingan yang akan diselenggarakan. Seperti menentukan pertandingan untuk peserta kelas kursi roda setengah lapangan pertandingan atau pertandingan untuk peserta kursi roda full lapangan.

Dirinya pun berharap dari ajang Para Badminton yang diikuti oleh dirinya dan teman-teman Fisioterapi mampu menambahkan pengalaman serta skill dalam penanganan Fisioterapi kepada atlet di Indonesia.

“Mudah-mudahan momentum ini dapat meningkatkan profesionalitas kami sebagai seorang Fisioterapis, karena saat bertugas menjadi Classifier dan tim Fisioterapis di Asian Para Games kami banyak bertemu dengan Fisioterapis dari seluruh negara sehingga ada transfer ilmu dan sharing antar sesama Fisioterapis,” tutupnya.